2.1.11

Ciptakan Tradisimu Sendiri

”Perkembangan teater saat ini adalah perkembangan teater post-Stanislavsky. Tapi kita baru mulai, akibatnya biarpun lama berteater, tapi tidak melahirkan aktor yang baik.” Sungguh, hal itu terngiang lagi di kesadaranku, karena ternyata permasalahan lama itu muncul kembali, diujarkan dengan bahasa yang lain oleh Harris Priadie Bah dalam diskusi teater yang diadakan oleh meja budaya hari Jumat tanggal 18 Juli 2003 lalu di PDS. HB. Jassin. Dengan bahasanya, Harris menyatakan bahwa teater modern Indonesia merupakan teater yang didirikan dengan tradisi pemusatan kuasa pada corak badan dan pikiran sang sutradara.

Hal ini juga untuk menjawab kegelisahan Nur Zein Hae yang melihat pemain masih sebagai subordinat dalam produksi teater. Tapi Nur Zein lupa, bahwa antara teater modern dan teater tradisi memiliki pola dan syarat yang saling berlainan. Teater tradisi hidup dan dihidupi orang-orang yang lebih homogen dan memiliki semangat lokalitas yang tinggi.Kalaupun toh kemudian ada yang memilih teater sebagai jalan, yang muncul kemudian adalah teater yang hidup dengan semangat memperbaharui yang terus-menerus dengan segala pencarian bentuk kreatifnya sebagai bahasa visual.

Tradisi cuma sekadar aksesori, bahkan terkadang sampai melawan tradisi. Itu pilihan. Jadi sangat aneh, kalau kita harus merujuk ke teater tradisi untuk menjawab permasalahan teater modern seperti yang ditawarkan Nur Zein.Seperti layaknya sebuah keluarga, seorang anak yang sudah merasa dewasa dan ingin mandiri, tentu ada keinginan untuk memisahkan diri dari keluarga besarnya dan membentuk keluarganya sendiri.Dan kalau itu dianggap kesalahan, saya kira, itulah sebabnya yang berkembang kemudian adalah teater sutradara.

Yang harus kita tumbuhkan sekarang ini adalah sebuah teater yang benar-benar tanpa hubungan dengan para pendahulunya.Maka tidak penting lagi dipertanyakan, teater sutradara atau teater aktor yang muncul, atau malah teater naskah, karena ternyata naskah yang tertulis lebih kuat dibanding aktor atau sutradaranya, misalkan. Semuanya telah selesai ketika itu didiskusikan dan digodok hingga menjadi sebuah ide bersama yang lebih matang dan jelas.

Read More......

16.10.09

Ekspresi wajah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.


Ekspresi wajah atau mimik
Manusia dapat mengalami ekspresi wajah tertentu secara sengaja, tapi umumnya ekspresi wajah dialami secara tidak sengaja akibat perasaan atau emosi manusia tersebut. Biasanya amat sulit untuk menyembunyikan perasaan atau emosi tertentu dari wajah, walaupun banyak orang yang merasa amat ingin melakukannya. Misalnya, orang yang mencoba menyembunyikan perasaan bencinya terhadap seseorang, pada saat tertentu tanpa sengaja akan menunjukkan perasaannya tersebut di wajahnya, walaupun ia berusaha menunjukkan ekspresi netral. Hubungan perasaan dan ekspresi wajah juga dapat berjalan sebaliknya, pengamatan menunjukkan bahwa melakukan ekspresi wajah tertentu dengan sengaja (misalnya: tersenyum), dapat mempengaruhi atau menyebabkan perasaan terkait benar-benar terjadi.
Sebagian ekspresi wajah dapat diketahui maksudnya dengan mudah, bahkan oleh anggota spesies yang berbeda, misalnya kemarahan dan kepuasan. Namun, beberapa ekspresi lainnya sulit diartikan, misalnya ketakutan dan kejijikan kadang sulit dibedakan. Selain itu, kadang-kadang suatu wajah dapat disalahartikan mengalami emosi tertentu, karena susunan otot-otot wajah orang tersebut secara alami menyerupai wajah seseorang yang mengalami ekspresi tertentu, misalnya wajah seseorang yang tampak selalu tersenyum. adalah hasil dari satu atau lebih gerakan atau posisi otot pada wajah. Ekspresi wajah merupakan salah satu bentuk komunikasi nonverbal, dan dapat menyampaikan keadaan emosi dari seseorang kepada orang yang mengamatinya. Ekspresi wajah merupakan salah satu cara penting dalam menyampaikan pesan sosial dalam kehidupan manusia, namun juga terjadi pada mamalia lain dan beberapa spesies hewan lainnya.


Read More......

Teater

Teater (bahasa Inggris: theater atau theatre, bahasa Perancis théâtre berasal dari kata theatron dari bahasa Yunani, yang berarti "tempat untuk menonton") adalah cabang dari seni pertunjukan yang berkaitan dengan akting/seni peran di depan penonton dengan menggunakan gabungan dari ucapan, gestur (gerak tubuh), mimik, boneka, musik, tari dan lain-lain. Bernard Beckerman, kepala departemen drama di Univesitas Hofstra, New York, dalam bukunya, Dynamics of Drama, mendefinisikan teater sebagai " yang terjadi ketika seorang manusia atau lebih, terisolasi dalam suatu waktu/atau ruang, menghadirkan diri mereka pada orang lain." Teater bisa juga berbentuk: opera, ballet, mime, kabuki, pertunjukan boneka, tari India klasik, Kunqu, mummers play, improvisasi performance serta pantomim.

Read More......

14.7.08

Dunia ini panggung sandiwara

Dunia ini Panggung Sandiwara adalah frase yang diutarakan oleh karakter Jaques dalam karya William Shakespeare berjudul As You Like It. Monolog ini mengumpamakan dunia ini sebagai sebuah panggung sandiwara dan kehidupan manusia seperti sebuah sandiwara, dan menerangkan tentang tujuh tingkatan usia manusia, yang terkadang disebut sebagai tujuh usia manusia: bayi, anak sekolah, pecinta, prajurit, keadilan, pantaloon, dan masa kanak-kanak kedua, "tanpa gigi, tanpa mata, tanpa rasa, tanpa semuanya". Maksud Shakespeare adalah bahwa dunia ini tidak lain adalah panggung teater dan manusia adalah aktornya. Sejak lahir manusia memasuki dunia teater dan terus berakting sesuai dengan usia mereka, hingga pada usia tua mereka ketika episode yang terakhir dimainkan.
Ini adalah salah satu bagian dari karya Shakespeare yang paling sering dikutip.

All the world's a stage,
And all the men and women merely players;
They have their exits and their entrances;
And one man in his time plays many parts,
His acts being seven ages. At first the infant,
Mewling and puking in the nurse's arms;
Then the whining school-boy, with his satchel
And shining morning face, creeping like snail
Unwillingly to school. And then the lover,
Sighing like furnace, with a woeful ballad
Made to his mistress' eyebrow. Then a soldier,
Full of strange oaths, and bearded like the pard,
Jealous in honour, sudden and quick in quarrel,
Seeking the bubble reputation
Even in the cannon's mouth. And then the justice,
In fair round belly with good capon lin'd,
With eyes severe and beard of formal cut,
Full of wise saws and modern instances;
And so he plays his part. The sixth age shifts
Into the lean and slipper'd pantaloon,
With spectacles on nose and pouch on side;
His youthful hose, well sav'd, a world too wide
For his shrunk shank; and his big manly voice,
Turning again toward childish treble, pipes
And whistles in his sound. Last scene of all,
That ends this strange eventful history,
Is second childishness and mere oblivion;
Sans teeth, sans eyes, sans taste, sans everything
Jaques (Act II, Scene VII, lines 139-166)
Sandiwara adalah sebuah pertunjukan pentasan sebuah cerita atau disebut pula lakon dalam bahasa Jawa. Sebuah sandiwara bisa berdasarkan skrip atau tidak. Apabila tidak, maka semuanya dipentaskan secara spontan dengan banyak improvisasi.

Read More......

30.5.08

SERAUT BAYANGAN DI LUKISAN

Kupu-kupu ke puncak biru, bila tengah malam
kerlip mata lampu kunang-kunang bertebaran,
jikalau telah terbang sayap cahayanya padam.

Mata penjajah berkedip pandang
bebuahan bergelantung di pinggir jalan menanjak
menawarkan kemanisan kenang tubuh tiduran
melamun melipat awan lembut menggulung,
di pepuncak pinus sedingin beludru perbukitan.

Barisan bangau merapat berat kesedihan ditinggal musim,
kabut memanggil diajak menuruni lembah ngarai mata air
gemericik melonjaki batu-batu mengaliri petak sawah,
merasuk ke persendian jiwa tanggai bunga lepas disapu ombak
terhanyut ke laut, berlayar mawar terhempas ke pantai-pantai.

Kerinngat menguap memanggang cawan di pundak,
tetesan tersuling hasrat membumbung ke awan
diikuti pusaran angin ke pegunungan badai,
menitipkan kabut perawan ke pucuk-pucuk.

Hawa malam mengelus segenap kulit jiwa bergetar
bara percakapan api di relung hitam berulang gelap
di sebelah senyuman terkumpul ragu pada seutas tali,
membenamkan bulan ke dada bintang berdegup di lukisan.


(Nurel Javissyarqi)

Read More......