13.3.08

KERASNYA UCAPAN

Sampai sekarang kita sudah mempelajari, bahwa ucapan itu harus jelas setiap suku katanya dan disamping itu harus wajar pula. Kemudian isi pikiran dan isi pikiran kalimat yang diucapkan harus jelas tercermin.

Cukup sekianlah tentang teknin ucapan? Hampir! Masih ada satu lagi, yaitu bagaimana teknik dan caranya agar suara kata-kata yang kita ucapkan bisa terdengar sampai kepada penonton yang ada di baris paling belakang.


Memang teknik ucapan di dalam seni bermain drama sangat banyak tuntutannya. Tetapi, bila kita tidak bisa memenuhi tuntutannya itu, tidak usah bermimpi untuk menjadi aktor pentas.

Adapun rahasia teknin ucapan keras itu kedengarannya gampang. Semakin banyak bagian tubuh kita yang ikut bergetar bersama selaput suara, semakin keraslah suara kita.

Memang masuk akal! Bagian tubuh yang lain yang ikut bergetar itu memberikan resonasi sehingga getaran selaput suara lebih bergema kedengarannya.

Ada orang yang sejak kecil punya bakat; kepala dan tubuhnya ikut beresonasi apabila ia berbicara, sehingga suaranya walaupun perlahan kedengaran berwibawa dan kalau keras kedengaran kuat dan dahsyat.

Tetapi hasil suara semacam itu bisa juga dicapai dengan latihan.

Marilah kita hayati getaran tenggorokan kita waktu kita menyuarakan huruf M. "Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm................................."

Kalau kita pegang leher kita, akan terasa bahwa leher itu bergetar.

Waktu bersuara seluruh urat rongga mulut, lidah, urat tenggorokan, dan urat leher harus relaks, supaya gampang beresonasi.

Apabila betul cara kita mengucapkan M itu, maka permukaan kedua bibir kita akan terasa geli. Dan kalau kita pegang leher kita akan terasa bahwa leher itu bergetar. Demikian pula dada kita. Bahkan juga kepala kita.

Kerjakanlah latihan ini sambil berdiri. Seluruh tubuh relaks. Semakin maju latihan kita, maka seluruh batang tubuh kita akan ikut bergetar: perut, punggung, dada, pundak, semua ikut bergetar. Bahkan kalau sudah maju sekali, kaki kita pun bisa ikut bergetar.

Maka selama melakukan latihan itu, kita tidak bernafas dengan dada, tetapi bernafas dengan perut. Kekuatan suara kita tidak ditentukan urat dada, melainkan oleh urat perut.

Hayatilah dengan tenang getaran pada diri kita yang timbul sewaktu latihan. Sedikit hayati pula perkembangan yang terjadi.

Sesudah kita kuasai betul latihan dengan huruf M ini, barulah meningkat pada pengucapan kata, misal : "Mama", "Masa","Mara","Mala","Mata","Maka".

Dari jarak 20 meter kata-kata itu harus terdengar jelas seutuh-utuhnya. Kemudian dilanjutkan : "Makar","Makam","Makan","Malang","Matal",Madat","Mantap".

Dengan latihan ini benar-benar orang harus bisa mendengar dengan utuh perbedaan antara "makam" dan "makan"; antara "malam" dan "malang"; "matal" dengan "madat", dll.

Sesudah tingkatan ini kita kuasai, barulah kita maju dengan latihan mengucapkan kalimat. Dan apabila sudah sampai sini, selalu ukurannya :
• Sudah jelaskah ?
• Sudah wajarkah ?
• Sudah tercerminkah isi pikirannya atau isi perasaannya ?

Perlu dicatat di sini bahwa apabila ucapan yang kita lepas itu tidak jelas bagi pendengar yang berdiri 20 meter dari kita, maka hal itu bisa terjadi karena ucapannya kurang penuh, atau kurang jelas, atau kurang nyaring.

Maka, apabila kita hendak memperkeras suara kita, janganlah kita melakukannya dengan menjerit-jerit, mendengarkan kekuatan pada tenggorokan atau dada. Itu tidak sehat! Kita bisa sakit dada atau menderita parau. Melainkan kita harus memakai cara yang benar dan sehat, yaitu dengan mengerahkan.

Adapun latihan suara dengan huruf M itu tifak hanya dilakukan oleh para pemain sandiwara, tetapi juga oleh orang berolah kungfu. Sebab latihan semacam ini memperkuat daya konsentrasi, memperlancar peredaran darah, dan bagus untuk pencernaan.

Tidak ada komentar: