13.3.08

MENDENGAR DAN MENANGGAPI

Mendengar itu gampang dilakukan didalam kehidupan sehari-hari. Tetapi mendengar dengan wajar tidak gampang dilakukan di atas pentas. Hal ini memerlukan latihan dan pemahaman.

Pada pertunjukan sandiwara amatir kelihatan bahwa banyak pemain tidak bisa mendengar. Apabila seorang pemain selesai mengucapkan bagiannya di dalam dialog, segera ia lau ”berhenti bermain” sementara lawan mainnya menjalankan gilirannya mengucapkan bagiannya. Akhir kelihatan seolah-olah keduanya bermain sendiri-sendiri.


Supaya tidak kelihatan bermain sendiri-sendiri, maka kedua pemain tersebut di atas harus saling mananggapi. Jadi inti dari mendengar itu menanggapi. Seorang aktor harus benar-benar menanggapi setiap patah kata lawan mainnya supaya kelihatan benar-benar mendengar.

Namun begitu, cara mendengar dan menanggapi itu harus wajar, jangan sampai berlebih-lebihan, supaya permainan betul-betul kelihatan hidup. Misalnya jangan terlalu banyak mengangguk-anggukkan kepala tanda setuju atau gerakan yang berlebihan lainnya.

Secara keseluruhan, yang harus ditanggapi oleh aktor sebenarnya ada tiga :
Pertama,menanggapi lawan mainnya;
Kedua,menanggapi sifat adegan;
Ketiga, menanggapi lingkungan adegan.

Bagaimana menanggapi lawan main sudah diuraikan di atas. Sekarang kita akan membicarakan dua tanggapan yang berikut :
Setiap adegan itu mempunyai sifat yang berhubungan dengan perkembangan cerita lakon. Kadang-kadang adegan itu bersifat sedih, kadang-kadang bersifat lucu, kadang-kadang bersifat gembira, kadang-kadang tenang dan sebagainya. Aktor harus menyesuaikan diri dengan sifat adegang ia mainkan. Misal, di dalam adegan yang besifat sedih jangan merusak suasana dengan bertingkah atau mengucapkan kata-kata lucu.

Selanjutnya seorang aktor juga harus menanggapi lingkungan adengan. Artinya, ia harus menanggapi gambaran di mana adegan itu terjadi. Misalnya, sebuah adegan diumpamakan terjadi di puncak gunung yang tinggi. Keadaan itu dilukiskan sutradara dengan dekorasi gunung. Dekorasi yang disipkan adalah gunung, semak-semak, dan bebatuan dari kardus. Dan diberikan penyinaran lampu yang membuat dekorasi lebih mirip dengan pemandangan puncak gunung yang sebenarnya.

Maka aktor yang bermain di dalam adegan itu harus membantu untuk lebih menghidupkan gambaran puncak gunung itu. Ia barangkali akan mengerutkan badan, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket atau menggambarkan betapa dingin puncak gunung itu. Dan aktor harus dapat menanggapi semak-semak dan bebatuan itu sebagai semak-semak dan bebatuan yang sesungguhnya.

Dan....... Sekali lagi...... semua itu harus dilakukan dengan wajar. Tidak usah terlalu banyak atau terlalu berlebihan.

Tidak ada komentar: