Dari Lampung
Persoalan kebangsaan yang melanda negeri ini, pada dasarnya tidak lepas dari minimnya pembacaan terhadap fenomena yang terjadi dalam realitas sosial. Banyak kalangan yang menilai, bahwa fenomena itu berdasarkan pada peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan nyata. Kurangnya membaca fenomena yang terjadi, menyebabkan kita tidak peka terhadap kondisi sekitar, terutama persoalan yang telah melanda negeri ini.
Realitas dapat kita pahami sebagai bentuk kenyataan yang terjadi dalam kehidupan. Adanya realitas, dapat dijadikan pegangan dalam membaca fenomena yang sedang atau akan terjadi di masa depan. Namun, yang perlu digarisbawahi dalam memahami realitas adalah berkaitan dengan objektivikasi persoalan aktual, yang pada akhirnya diangkat sebagai bentuk kreativitas dan keterampilan.
Memahami objektivikasi realitas sangat penting untuk diketahui secara integral, sebab pencapaian dari realitas akan diarahkan pada kepekaan individu dan sosial untuk mengembangkan lebih lanjut implikasi dari suatu persoalan. Dari kepekaaan inilah, kita akan menemukan sebuah kebenaran yang valid dan mampu memberikan inspirasi untuk melahirkan karya fenomenal yang berkaitan dengan kondisi saat ini.
Dalam pandangan Maxim Gorki, seorang sastrawan asal Rusia, memahami realitas itu sebagai sebuah proses dialektis untuk menemukan kebenaran. Realitas bukanlah kebenaran itu sendiri, melainkan setitik proses menuju kebenaran. Kemampuan mengarang Gorki di sini, terletak pada kemampuan dalam membaca realitas sebagai referensi dalam memahami kehidupan yang lebih nyata.
Dalam memahami kondisi riil yang terjadi di masyarakat, kita mempunyai kelemahan dalam mengangkat realitas dalam berbagai pertunjukkan atau yang lebih dikenal dengan panggung teater. Dalam hal ini, kita seakan-akan tidak memiliki kemampuan yang utuh untuk mengangkat fenomena-fenomena yang sering berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat dan problem-problem kebangsaan yang sedang melanda bangsa ini.
Hal ini penting untuk kita kembangkan dan diangkat dalam sebuah pertunjukkan yang mengandung seni dan nilai-nilai moral yang dapat dijadikan referensi dalam memahami sebuah realitas. Kita mencoba melakukan terobosan baru dalam membantu menyelesaikan persoalan yang sedang dialami bangsa ini Salah satunya adalah dengan media yang lebih bersifat edukatif dan inspiratif, yakni dengan memberdayakan panggung teater sebagai bentuk cerminan dalam mengkaji persoalan-persoalan yang sedang terjadi di masyarakat. Persoalan minimnya membaca realitas dalam kehidupan nyata menjadi penting untuk kita diskusikan bersama. Maka tak berlebihan, ketika perhelatan Festival Teater Jakarta (FTJ), yang dilaksanakan pada 20--31 Desember lalu, dapat memberikan inspirasi bagi kita untuk merefleksikan ulang pergelaran tersebut. Dalam kondisi yang carut-marut ini, kita dituntut untuk mengangkat realitas kehidupan dalam panggung teater.
Perkembangan teater dalam konteks keindonesiaan saat ini, boleh dibilang mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Hal ini berdasarkan pada banyaknya seniman-seniman yang mulai mengembangkan panggung teater sebagai salah satu tujuan untuk membaca kondisi riil yang terjadi. Keberadaan seniman-seniman ini, paling tidak dapat membangkitkan perkembangan seni dan budaya yang ada di Indonesia.
Disadari atau tidak, panggung teater merupakan salah satu inspirasi untuk melihat secara nyata kondisi bangsa dengan berbagai fenomena yang terjadi, termasuk yang paling krusial semakin meningkatnya tindak pidana kejahatan dan musibah yang terjadi silih berganti. Panggung teater memang bukan merupakan fenomena sesungguhnya yang terjadi, tetapi dari panggung teater ini kita bisa mendapatkan inspirasi dan ide-ide segar untuk mengatasi persoalan kebangsaan.
Membaca realitas dengan panggung teater bukan berarti kita harus terjun langsung dalam kondisi sosial masyarakat. Akan tetapi, bagaimana sumbangsih kita dalam memberikan inspirasi dan solusi alternatif bagi persoalan kebangsaan yang sedang terjadi. Minimal memberikan sumbangan pemikiran atas fenomena itu ke dalam bentuk panggung teater.
Marco Kusumawijaya, Ketua Dewan Kesenian Jakarta, pernah mengatakan bahwa mengangkat realitas adalah menjadi penting, agar panggung teater tidak lepas dari kondisi sosial masyarakat. Bagaimanapun, teater harus selalu kembali pada realitas sebagai sumber inspirasi. Dengan mengangkat realitas tersebut, kita bisa menuangkan ide-ide segar yang berkaitan dengan penyelesaian persoalan bangsa yang tidak karuan.
Dalam panggung teater itu pula, kita bisa memasukkan kritik konstruktif kepada kalangan pejabat yang tidak berkompeten terhadap kinerjanya. Kita mempunyai kewajiban untuk melakukan kontrol sosial berupa masukan dan solusi dari persoalan yang menimpa pejabat pemerintahan. Dengan pesan moral yang ada dalam tema teater yang sedang dipertunjukkan, mudah-mudahan para birokrasi kita sadar terhadap tindakannya yang merugikan rakyat banyak.
Inilah salah satu nilai urgensitas panggung teater yang banyak diadakan oleh Dewan Kesenian maupun kalangan yang berkompeten terhadap perkembangan seni dan sastra di Indonesia, termasuk para penyair, sastrawan, budayawan dan seniman yang memiliki kapabilitas dalam bidang tersebut. Kita berharap, dengan pengembangan panggung teater yang ditunjukkan untuk mengangkat realitas sosial akan mampu memberikan inspirasi bagi semua pihak agar menyadari kesalahannya masing-masing, terutama yang berkaitan dengan persoalan bangsa saat ini.
- Mohammad Takdir Ilahi
Pencinta seni dan sastra, studi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar